Semburan Liar di Nglobo Sudah 3 Minggu Lebih, Warga Khawatir Lapindo Terulang

Sejumlah warga menyaksikan fenomena semburan liar di persawahan Desa Nglobo Kecamatan Jiken, Blora.
BLORA. Semburan gas dan air yang terjadi saat ekspolorasi migas sumur NGBU#04 di Desa Nglobo Kecamatan Jiken, Blora, pada akhir Desember 2014 lalu sempat membuat khawatir masyarakat Blora. Pasalnya dari ratusan eksplorasi di Desa itu baru kali ini adanya semburan gas di desa tersebut. 

Desa Nglobo merupakan salah satu daerah yang di sekitarnya banyak sumber minyak dan sudah di eksplorasi sejak jaman Belanda. Beberapa sumur yang masih memompa minyak dan kilang besar serta pipa-pipa mudah ditemukan saat berada di Desa yang masuk di tengah hutan KPH Cepu ini. Termasuk warga sekitar juga banyak yang bekerja di  eksplorasi minyak serta sumur tua yang ada di sekitar desa.

Eksplorasi itu dilakukan oleh PT Pertamina EP Cepu Alas Dara Kemuning (PEPC ADK) salah satu anak perusahaan PT Pertamina EP Cepu yang khusus melakukan eksplorasi di Blok Alas Dara Kemuning yang sebelumnya masuk dalam area Blok Cepu yang dikerjakan oleh Exxon Mobil Cepu Limited.

Terus Mengalir
Sumur yang saat ini dilakukan pengerjaan ulang adalah bekas sumur milik PT Humpus Patra Gas yang di ekplorasi sekitar tahun 1992. Setelah itu ditutup kembali. Semburan berada di areal persawahan milik delapan warga setempat ada ssekitar 45 titik pada awal semburan dan cenderung bekurang. Agar tidak membahayakan maka pihak PEPC ADK membuat cungkup yang diberi pipa untuk mengalirkan gas, lalu gas yang ada kemudian dibakar. 

Saat ini bisa disaksikan sekitar lima titik gas yang dibakar di areal persawahan dan satu di areal hutan. Dua semburan yang berukuran tinggi tetap dibiarkan. ”Selain semburan yang berupa gas, juga terdapat konsentrat serta limbah yang lain yang terus mengalir ke  tanah yang lebih rendah,” ujar Kepala Desa Nglobo Sujatmiko.

Bahkan konsentrat yang ada sempat diambil oleh warga, sebelum akhirnya dilarang. Sebab konsentrat sangat berbahaya karena bisa membakar tubuh. Secara fisik memang warga tidak terkena dampak dari semburan. Namun warga tetap merasa khawatir terhadap semburan gas liar.

Sebab hingga saat ini belum ada tanda-tanda semburan bisa teratasi. Selain itu bau gas juga bisa menganggu saat dekat dengan lokasi ataupun angin yang mengarah masuk ke perkampungan. Saat ini memang bau seperti tinner sangat terasa jika mendekat di lokasi semburan.”Informasinya akan segera di lakukan penutupan semburan namun hingga saat ini belum juga ada tanda semburan berhenti,” jelas Sujatmiko.

Tak heran jika warga sekarang mulai khawatir jika nantinya semburan yang saat ini ada mirip seperti semburan lumpur yang ada di Lapindo Sidoarjo yang menenggelamkan seluruh perkampungan yang ada di sekitar lokasi.

Disisi lain saat ini Blok ADK menjadi salah satu harapan Blora untuk menghasilkan minyak dan bisa mendapatkan dana bagi hasil untuk migas. Adanya semburan bahkan ditangkap sebagai tanda-tanda sumur NGBU#04 benar-benar ada minyaknya dan sangat banyak. 

Bahkan bisa menghasilkan lebih dari 1.000 barel perhari. ”Bisa jadi itu akan menjadi pertanda minyaknya akan banyak, tidak hanya 1.000 barel tetapi bisa 3.000 barel perhari,” ujar Seno Margo Utomo Sekretaris Tim Transparasi Migas Blora.

Dinas ESDM Propinsi Jawa Tengah bersama dengan Dinas ESDM Blora dan Badan Lingkungan Hidup Blora juga telah melakukan pengecekan di lokasi semburan. ”Harapannya memang semburan bisa di selesikan segera, dan berharap itu pertanda sumber minyaknya besar,” kata Kepala Dinas ESDM Blora Setyo Edi.

Kini setelah lebih dari tiga minggu (23 hari) setelah semburan awal disusul semburan susulan di lokasi RIG (menara sumur) dengan ketinggian yang melebihi RIG serta suara gemuruh membuat warga khawatir.

Imam Purnomo tokoh masyarakat setempat yang juga bekerja di perminyakan melihat kejadian semburan itu karena RIG beserta peralatan yang dipakai untuk pengerjaan ulang  tidaklah bagus termasuk sejumlah pekerja yang ada. Selain itu lambannya penanganan juga menjadi sorotannya.

Menurutnya semburan sebenarnya bisa besar dan mengeluarkan lumpur seperti di Sidoarjo. Namun beruntung struktur batuan yang ada di Desa Nglobo banyak mengandung batuan yang besar dan kuat sehingga gas hanya keluar dari lubang-lubang yang ada. ”Kalau struktur batuan tidak bagus, jelas ini akan lebih dahsyat dan bisa seperti di Sidoarjo,” jelas Imam.

Tidak Membahayakan
Publik dan Government Affair (PGA) PEPC ADK Gayatri Handari mengatakan bahwa semburan gas liar yang ada, tidak akan bernasib sama seperti lapindo. Sebab bukan mengeluarkan lumpur. Hanya air yang bercampur dengan gas sehingga tidak akan membahayakan.

Soal RIG dan peralatan yang kurang dirinya enggan berkomentar atas hal itu. Yang jelas RIG sudah sesuai dengan standar dalam eksplorasi minyak. Untuk mengatasi gas tersebut agar tidak membahayakan memang dibakar, dan meminta warga dan pengunjung yang melihat semburan itu berhati-hati dan tidak boleh menyalakan api. Selain itu gas yang keluar hingga saat ini tidak mengandung gas yang berbahaya. Pihak PEPC ADK juga selalu rutin melakukan pengecekan terhadap gas tersebut sehingga setiap saat bisa diketahui informasi terkini akan semburan.

PGA PEPC Pandu Subiyanto mengatakan kalau penanganan saat ini sedang berjalan dan memang bertahap dan membutuhkan waktu. Sebab peralatan dan tenaga ahli masih didatangkan dari Jakarta. Soal ganti rugi sendiri sementara fokus pada pemilik lahan yang berdampak langsung dan tidak tidak sehingga hanya ada 10 warga yang mendapatkan ganti rugi atas terjadinya semburan itu.

Di sisi lain saat ini juga persoalan limbah air yang bercampur gas menjadi masalah dikemudian hari jika tidak diatasi. Sebab air yang sudah tercemar gas itu terus mengalir ke sungai yang ada di bawahnya. ”Saat ini sudah dibuatkan penampuangan untuk limbah tersebut,” ujar Pandu. (infoblora)

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Desa di Kecamatan Kradenan

Cara Mengatasi Anis Kembang Macet Bunyi

Batu akik American Star asli dan palsu