Ungker, Kepompong Ulat Daun Jati Jadi Kuliner Ekstrem Musiman di Blora
Sajian oseng-oseng ungker (kepompong ulat jati) siap santap, salah satu menu kuliner ekstrem khas Blora. |
Seperti yang sedang digeluti kebanyakan warga tepi hutan di sepanjang Jl.Cabak-Sambong maupun Jl.Klopoduwur-Randublatung, saat ini mereka sibuk mencari kepompong ulat daun jati yang berjatuhan bersama dedaunan kering di bawah tegakan pohon jati sebagai menu makanan yang adanya hanya setahun sekali saat musim hujan tiba.
Bagi warga Blora, kepompong (enthung) ulat jati yang lebih dikenal dengan sebutan ungker telah menjadi lauk makanan tanpa merasa jijik. Dengan cara dioseng memakai bumbu irisan bawang, cabe hijau, tomat, daun salam dan daun kedondong, ungker terasa gurih dan kaya protein. Sedangkan bagi warga luar Blora, ungker dikategorikan sebagai kuliner ekstrem.
Partini, salah satu warga Desa Sambongrejo Kecamatan Sambong, mengungkapkan bahwa memasuki musim hujan banyak pohon jati yang bersemi dengan daun-daun muda. Daun muda inilah makanan utama ulat jati. "Setelah kenyang memakan daun muda, nanti ulat berubah menjadi kepompong dan jatuh berserakan di bawah pohon. Saya dan tetangga mengumpulkan tiap sore sampai beberapa bakul kecil," katanya, Jumat (26/12).
Jika mendapatkan banyak, sebagian ia masak sebagai lauk makan di rumah dan selebihnya ia jual di tepi Jl.Cabak-Sambong. Partini menjual ungker dengan ukuran gelas, tiap satu gelas dijual seharga 15.000 ribu.
"Banyak warga dari Kota Blora maupun Cepu yang mampir membeli ungker. Tidak perlu jauh-jauh menjualnya ke pasar. Cukup dijual di tepi jalan saja sudah banyak pembeli yang menghampiri," kata Partini.
Sayangnya tidak banyak warung makan yang menjual menu ini, sehingga kebanyakan harus membeli mentah lalu memasaknya sendiri. Perlu diketahui, ungker mengandung protein yang tinggi. Sehingga apabila seseorang alergi terhadap protein tinggi jangan mencoba makan ungker, karena bisa sakit mual dan pusing. (Jo-infoblora)